Berdasarkan hasil survei yang dilakukan DKT Indonesia diketahui alat kontrasepsi jadi komoditi kesehatan yang tetap dicari di tengah pandemi Covid 19 selain masker dan vitamin. Sedangkan waktu, survei tersebut dilakukan pada periode Juli hingga Agustus 2020 wilayah Jadebotabek, yang mencakup Praktek Mandiri Bidan (jumlah sampel=50), apotek, dalam hal ini pemilik/store manager (jumlah sampel=50), dan perempuan menikah yang menggunakan metode Suntik dan Pil (jumlah sampel=200). Hasilnya, kontrasepsi termasuk dalam salah satu komoditi kesehatan yang tetap di cari masyarakat di masa pandemi, disamping alkes seperti masker, dan juga produk produk peningkat vitalitas tubuh lainnya.
Head of Strategic Planning Development DKT Indonesia, Aditya A. Putra mengatakan, meskipun alat kontrasepsi masih dicari di tengah pademi, di sisi lain tingkat penjualan sebenarnya tidak ada perbedaan yang mencolok dibandingkan bulan bulan sebelum pandemi Covid 19. Aditya melanjutkan, dari hasil survei juga diketahui ada sedikit penurunan untuk metode suntik sebesar 26 persen. Namun angka ini masih dibawah rate tingkat putus pakai suntik di Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 sebesar 28 persen.
Sedangkan 88% dari Praktek Mandiri Bidan mengatakan akseptor suntik rutin tetap melakukan jadwal kunjungan rutinnya. Sebagian mengatakan bahwa beberapa akseptor takut untuk datang ke klinik karena situasi pandemi ini. "Khusus di Apotek, metode KB yang disediakan adalah kondom dan pil KB (100% responden)."
"56% responden menyatakan bahwa tidak terjadi penurunan penjualan kontrasepsi pil kb, 28% menyatakan terjadi penurunan," urai Aditya. Aditya menjelaskan, tujuan survey yang dilakukan pihaknya untuk mengetahui apakah ada yang perlu di antisipasi selama masa pandemi terkait dengan akses komoditas KB. Hal ini terutama untuk mengatasi kemungkinan terjadi nya putus pakai di akseptor yang saat ini menggunakan Pil KB dan Suntik.
"Bila terjadi peningkatan angka putus pakai, maka kemungkinan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan menjadi lebih besar, dan sebagaimana di sampaikan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)." "Bahwa sebisa mungkin dalam situasi pandemi untuk menunda kehamilan, mengingat resiko nya akan menjadi lebih besar, baik bagi ibu maupun bayinya," kata dia. Terakhir Aditya berharap program KB tetap menjadi prioritas di masa pandemi ini, agar tidak timbul masalah baru akibat peningkatan angka kehamilan yang tidak diinginkan.